Sabtu, 14 Agustus 2010

Hanya Meninggalkan Luka....

Ini adalah kisah seorang anak, di mana anak ini sulit menghilangkan watak buruknya. Anak ini sering berselisih paham dengan orang lain dan sering kehilangan kesabaran. Ayahnya prihatin dengan kondisi anaknya yang seperti itu, prihatin dengan watak buruk anak tersebut yang akan berdampak buruk terhadap anaknya bila ia terus menerus dalam kondisi seperti itu.

Suatu hari ayahnya memberi dia sekantung penuh paku,dan menyuruh memaku satu batang paku di pagar pekarangan setiap kali dia kehilangan kesabarannya atau berselisih paham dengan orang lain.
Hari pertama dia memaku 37 batang dipagar. Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari. Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar.

Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya.
Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap hari bila dia berhasil menahan diri/bersabar.

Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar.Sang ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata :
"Anakku, kamu sudah berlaku baik,tetapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada dipagar. Pagar ini tidak akan kembali seperti semula.Kalau kamu berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu selalu meninggalkan luka seperti pada pagar."
"Kau bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tetapi akan meninggalkan luka."
"Tak peduli berapa kali kau meminta maaf/menyesal, lukanya sama perihnya seperti luka fisik."
"Kawan-kawan adalah perhiasan yang langka."
"Mereka membuatmu tertawa dan memberimu semangat."
"Mereka bersedia mendengarkan jika itu kau perlukan, mereka menunjang dan membuka hatimu."
"Tunjukkanlah kepada mereka betapa kau menyukai dan menyayangi mereka."
"Hargai dan jaga perasaannya sebagaimana drimu ingin diperlalkukan seperti itu."
"Jangan kau biarkan dirimu selalu meninggalkan luka pada orang yang ada di sekitarmu. "
"Jauh lebih berharga bila dirimu yang harus terluka karena menahan diri dari marah daripada harus melukai hati orang lain."


dari kisah tersebut, kita bisa belajar... bahwa kita harus senantiasa bersabar dan berusaha untuk menahan marah...agar tak melukai orang2 yang kita kasihi...

tak bisa dipungkiri bahwa sangat sulit untuk menahan marah, semua orang pernah marah tapi tidak semua yang berhasil mengalahkan amarahnya.

Saat marah terkadang keluar kata, kalimat yang tidak sepatutnya... dan akhirnya disesali. Marah membuat lidah jadi tajam dan mudah melukai hati orang lain. Terkadang untuk melampiaskannya, bukan hanya kata-kata yang menjadi tajam tapi perbuatan menjadi tak terkontrol...

marah memang merupakan tabiat alami manusia...luapan nafsu yang sering kali hanya mendatangkan bencana yang lebih besar. Sering kali memutuskan silaturahmi, mendatangkan kebencian... jadi... buat apa menuruti rasa marah...


Tapi menahan amarah tidak semudah itu. Saking berusahanya seseorang menahan amarah... kadang hatinya sendiri yang terluka, dan air mata pun menetes... itu jauh lebih berharga dibanding melukai hati orang lain.. karena itulah Allah menyediakan pahala yang besar bagi orang yang mampu menahan marahnya..

"Siapa yang menahan marah, padahal ia dapat memuaskan pelampiasannya, maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk. Kemudian, disuruhnya memilih bidadari kehendaknya." (HR. Abu Dawud - At-Tirmidzi)

Jika marah..

1. Bacalah ta`awudz “A’udzubillahi minasy syaithanir rajiim”. Bacaan ini yang dianjurkan Rasulullah ketika dua orang di sisi Nabi saling mencela. Ujar Nabi, "Sesungguhnya aku akan ajarkan suatu kalimat yang kalau diucapkan akan hilang apa yang ada padanya. Yaitu sekiranya dia mengucapkan, A’udzubillahi minasy syaithanir rajiim"
2. Merubah posisi ketika marah, seperti jika ia marah dalam keadaan berdiri maka hendaklah ia duduk, dan jikalau ia sedang duduk maka hendaklah ia berbaring.
3. Diam atau tidak berbicara. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad disebutkan, "Apabila di antara kalian marah, diamlah". Kalimat ini diucapkan Nabi Muhammad hingga tiga kali.
4. Berwudu. Karena marah adalah api, yang bisa melawannya hanya air. "Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan itu diciptakan dari api, dan api itu diredam dengan air maka apabila di antara kalian marah, berwudulah" (H.R. Ahmad).
5. Kunci menghindari perbedaan pendapat menjadi sebuah pertengkaran hebat adalah ingatlah bahwa kita juga pernah berbuat kesalahan.

Ini mungkin nasehat yang sudah sering kita dengar ... tapi semoga bisa menjadi pengingat terutama bagi saya sendiri dan bagi yang sering lupa menahan marahnya...:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar